Lebih Baik Nulis Ngawur Daripada Bicara Sendiri..eko sarakiah

Maret 18, 2008

MOROTAI MENUJU KABUPATEN BARU

Sejarah
Selama abad ke-15 dan 16, Morotai berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate yang berkuasa. Merupakan inti sebuah kawasan besar bernama Moro, yang termasuk pulau dan pesisir Halmahera yang dekat dengan Morotai ke selatan.
Pada pertengahan abad ke-16, pulau ini menjadi tempat misi Yesuit Portugis. Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera merasa tersinggung akan pelopor aktivitas penyebaran agama itu, dan berusaha mencegah misi itu dari pulau ini pada 1571, sebagai akibatnya Portugis hengkang dari kawasan itu. Pada abad ke-17, Ternate menggunakan kekuasaannya atas Morotai dengan memerintahkan berulang-ulang pada penduduknya agar pindah dari pulau itu. Pada awal abad itu para penduduknya pindah ke Dodinga, sebuah kota kecil di titik strategis pesisir barat Halmahera. Lalu, pada 1627 dan 1628, Sultan Hamzah dari Ternate memerintahkan pindahnya penduduk Kristen ke Malayu, Ternate, agar lebih mudah dikendalikan.
Pulau ini menjadi lapangan terbang bagi Jepang selama PD II. Pulau ini diambil alih oleh angkatan Amerika Serikat pada September 1944, dan digunakan sebagai landasan serangan Sekutu ke Filipina pada awal 1945, dan ke Borneo timur pada Mei dan Juni tahun itu. Merupakan basis untuk serangan ke Jawa pada Oktober 1945 yang ditunda setelah penyerahan diri Jepang pada bulan Agustus.

SELAYANG PANDANG MOROTAI SECARA UMUM
64 tahun silam pulau ini merupakan basis militer paling strategis di bibir Pasifik. Jenderal Mc. Arthur bahkan menjadikannya pangkalan terpenting bagi armada perang Amerika Serikat (AS), setelah merebutnya dari pendudukan tentara Jepang tahun 1944. Kini, kawasan itu dirancang khusus untuk menjawab tantangan zaman, Abad Pasifik. Terletak di bagian utara Halmahera, Pulau Morotai memiliki sejumlah potensi gemilang. Luas wilayahnya 2.474,94 km2 atau 10,96% dari luas daratan Propinsi Maluku Utara. Secara administratif pulau Morotai sejak tahun 2003 termasuk ke dalam pemerintahan Kabupaten Halmahera Utara. Pulau Morotai sendiri terbagi dalam 5 (lima) kecamatan. Jumlah Penduduk Morotai secara keseluruhan berjumlah 58.720 jiwa yang tersebar pada 47 desa. dengan pendapatan per kapita sekitar Rp 800.000,- per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan ekonominya rata-rata 1,35% per tahun, sebagian besar dari hasil perkebunan dan perikanan.

Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai petani dan nelayan (lebih dari 70 persen), sedangkan mata pencaharian lainnya adalah pedagang, Pegawai Negeri Sipil dan TNI/Polri. Posisi geografisnya sangat strategis, berhadapan dengan Samudera Pasifik. Ini yang membuat Morotai menjadi incaran internasional. Terutama negara-negara yang berkaitan dengan Pasifik.

Demografi Morotai yang dihuni 60 persen etnis Galela, 30 persen etnis Sanger dan 10 persen lainnya seperti etnis Tobelo, Loloda, Papua, Bugis, Buton, dll, mempunyai kekayaan alam yang luar biasa seperti adanya deposit emas, akan dibangunnya pabrik semen raksasa dalam waktu dekat, ikan kelas satu yang mengelilingi Morotai, sumber wisata sejarah, wisata alam, wisata bahari bahkan mungkin akan dibangunnya miniatur patung Jenderal MC Arthur dari Amerika dan Namura dari Jepang yang pada gilirannya dapat menarik wisata dari aspek wisata sejarah. Disamping itu juga Morotai memiliki landasan pesawat terbang dengan 7 jalur landasan pacu dengan panjang masing-masing 3 km dan juga pelabuhan yang representatif. Morotai yang dahulu dikenal dengan Kerajaan Moro yaitu Morotai di Kepulauan Morotai dan pulau Rau dan Morotia di daratan Semenanjung Galela.


KECAMATAN

Sebelum adanya pemekaran Kabupaten Maluku Utara menjadi propinsi, secara administratif Pulau Morotai terdiri dari 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Morotai Selatan dan Kecamatan Morotai Utara. Pada tahun 2002 melalui keputusan DPRD Kab Maluku Utara dimekarkan lagi satu Kecamatan dengan nama Kecamatan Morotai Selatan Barat, kemudian setelah ada pemekaran Halmahera Utara menjadi Kabupaten pada tahun 2003 oleh DPRD Halut dilakukan pemekaran lagi dua kecamatan, sehingga Pulau Morotai memiliki 5 (lima) Kecamatan terdiri dari :
- Kacamatan Morotai Selatan dengan ibukota Daruba
- Kecamatan Morotai Selatan Barat dengan ibukota Wayabula
- Kecamatan Morotai Timur dengan ibukota Sangowo
- Kecamatan Morotai Utara dengan ibukota Bere-Bere
- Kecamatan Morotai Jaya dengan ibukota Sopi

POTENSI ALAM
Potensi alam yang belum di olah yaitu: pasir besi, kandungan emas, batu mangan, batu bara , semen, batu gamping, minyak bumi, gas alam serta potensi hasil laut yang melimpah.

BESI PUTIH,
Kerajinan tangan Besi Putih berasal dari pulau Morotai. Kerajinan tangan ini dihasilkan dengan memanfaatkan sisa-sisa perlengkapan tempur PDII yang banyak terdapat di sana.

TENTANG BATU KOPI
Terdapat di pantai Posi-Posi Rao, Kecamatan Morotai Selatan Barat. Namanya yang unik berasal dari cerita masyarakat setempat yang sering mencium aroma minuman kopi yang berasal dari batu ini.
Biasanya aroma kopi tersebut akan tercium menjelang sore hari. Di lokasi yang sama kita dapat berenang, surfing, menyelam dan berperahu. Bagi anda ingin surfing, bulan nopember dan desember merupakan waktu yang ideal untuk berkunjung ke tempat ini..


Tingggal selangkah lagi MOROTAI menjadi kabupaten.. Tidak ada alasan lagi untuk menunda atau menghambat semangat perjuangan ini. Kita tidak perlu malu untuk bertanya apabila kita belum tau, kita harus menegur apabila ada yang sudah salah arah dan kita bisa duduk bersama untuk mencari solusi bukannya masing-masing kita menganggap diri paling mampu, karena saya yang bisa( Ngohi to..), karena saya yang tau. Mari kita buang jauh-jauh pemikiran-pemikiran yang mengganjal untuk suatu kemajuan daerah yang kita cintai ini bersama.

Di Halmahera Utara tidak ada orang yang istimewa, semua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama untuk membesarkan daerah Halmahera Utara bahkan sebisa mungkin kita mekarkan selama tidak bertentangan dengan aturan. Menyangkut sumber daya manusia terkadang menjadi alasan tapi menurut saya itu bukan sebagai alasan utama.

Selama watak, kinerja dan berbagai hal pembanding, indikator menyangkut maju mundurnya pemerintahan dalam daerah kita maka jangan terlalu berharap banyak dan bermimpi daerah kita bisa berkembang. Untuk merancang Kabupaten Morotai saja kita sesama masyarakat Halmahera Utara sudah saling melakukan Toucher and Smash ibarat sedang bermain pertandingan bola voli. Ada yang menyalahkan eksekutif, ada yang menyalahkan legislatif sehingga bukannya memberikan nuansa yang sejuk tapi terkesar gersang dan tegang.

Saya berharap kita semua kembali ketitik nol memulai yang positif dari pada saling perang opini di media masa, atau media lainnya yang hanya memberikan komentar yang tidak membangun, semuanya percuma hanya buang-buang waktu dan energi saja…Artinya semua hasil sia-sia saja alias NATO (No action talk only) artinya banyak ngomong tapi tidak ada aksi.

Semoga upaya dan usaha bisa membuahkan hasil.

Selamat berjuang, masyarakat menanti..!!!

TUHAN Memberkati....